Kopi mulai dikenal di Indonesia pada tahun 1696 pada saat Walikota Amsterdam, Nicholas Witsen, memerintahkan komandan pasukan Belanda di Pantai Malabar, Adrian Van Ommen untuk membawa biji kopi ke Batavia.
Kopi Arabika pertama-tama ditanam dan dikembangkan di daerah timur Jatinegara yang kini lebih dikenal dengan nama Pondok Kopi. Tak lama setelah itu kopi menjadi komoditi dagang utama VOC.Kopi Jawa pada saat itu sangat terkenal di Eropa sehingga orang Eropa menyebut secangkir kopi adalah secangkir Jawa.
Pada tahun 1711, Bupati Cianjur, Raden Aria Wira Tanu III, mengapalkan sekitar 4 kuintal kopi ke Amsterdam, dan ekspor kopi perdana tersebut memecahkan rekor harga lelang di sana.
Pada tahun 1726, tidak kurang dari 2.145 ton kopi yang berasal dari pulau Jawa, membanjiri benua Eropa, mengalahkan kopi mocha dari Yaman yang sebelumnya menjadi penguasa pasar. Dan karena itu pula, kopi yang berasal dari pulau Jawa mulai dikenal dengan nama Java coffee.
Pada permulaan abad ke-20, perkebunan kopi di nusantara mulai terserang hama, yang hampir memusnahkan seluruh tanaman kopi. Akhirnya pemerintah penjajahan Belanda sempat memutuskan untuk mencoba menggantinya dengan jenis kopi yang lebih kuat terhadap serangan penyakit yaitu kopi Liberika dan Ekselsa.
Pemerintah Belanda kemudian menanam kopi Liberika untuk menanggulangi hama tersebut. Varietas ini tidak begitu lama populer dan juga terserang hama. Kopi Liberika masih dapat ditemui di pulau Jawa, walau jarang ditanam sebagai bahan produksi komersial. Biji kopi liberika sedikit lebih besar ukurannya daripada biji kopi arabika dan kopi robusta.
Sebenarnya, perkebunan kopi ini tidak terserang hama, namun ada revolusi perkebunan dan buruh perkebunan kopi menebang seluruh perkebunan kopi di Jawa pada khususnya dan di seluruh Indonesia pada umumnya.
Kini, kopi bukanlah menjadi sekedar minuman penghilang rasa kantuk melainkan berubah menjadi sebuah gaya hidup masyarakat dunia bahkan Indonesia. Semua kalangan dan semua lapisan masyarakat gemar menyeruput minuman hitam ini karena memang aroma dan rasanya yang luar biasa.
Kedai kedai kopi modern dan warung kopi pinggir jalan dapat dengan mudah kita temukan di Indonesia. Kopi bukan lah minuman kalangan tertentu, kopi dapat dinikmati oleh semua orang. Mulai dari warung kopi pinggir jalan yang menyediakan kopi dengan harga terjangkau sampai kedai kopi modern yang terdapat di mall mall yang untuk menikmati nya perlu merogoh kocek lebih dalam.
Meminum kopi atau ngopi menjadi bagian dari gaya hidup dan menjelma menjadi budaya di Indonesia. Kopi dapat dikatakan menjadi teman ngumpul dan juga identitas diri bagi sebagian masyarakat. Kopi tidak lagi diposisikan sebagai minuman yang secara harfiah diartikan sebagai cairan untuk menghilangkan dahaga. Kopi kini memposisikan dirinya lebih dari sekadar minuman, sebagai simbol budaya, adat istiadat, tradisi, serta gaya hidup masyarakat modern.
Menurut catatan International Coffee Organization (ICO), konsumsi kopi Indonesia tahun 2019 3,6 juta karung. Sedangkan pada 2020 sebanyak 5 juta karung. Dalam sepuluh tahun terakhir konsumsi tumbuh 3,7%, tertinggi kedua di antara negara-negara produsen kopi.
Indonesia juga merupakan satu negara produsen kopi terbesar di dunia dari data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, produksi kopi Indonesia mencapai 774,6 ribu ton pada 2021. Jumlah tersebut naik 2,75% dari tahun sebelumnya yang sebesar 753,9 ribu ton.
Jadi, itulah sejarah singkat kopi di Indonesia. Anda juga bisa langsung membeli kopi asli produk Kampung Adat Segunung di tautan link di bawah ini :